Cawan Berisi Tuhan
Tuhan tak ada dalam embun.
Ia tidak menari di dalam sinar mentari.
Ia tidak berkelana di ladang ilalang.
Ia tidak merekah dalam sedekah.
Ia tidak menari di dalam sinar mentari.
Ia tidak berkelana di ladang ilalang.
Ia tidak merekah dalam sedekah.
Tuhan tak ada di kursi emas dan tembaga,
Tak ada pula Ia di kursi kayu cendana.
Ia tak berkemah di hal-hal fana,
Ia tak bertahta di alam baka.
Bacalah, dan tak kau temukan Ia dalam goresan
Dengarlah, dan tak kau temukan Ia dalam ucapan
Bernyanyilah, dan kau tak temukan Ia dalam pujian
Beramallah, dan kau tak temukan Ia dalam tindakan
Tuhan ada di dalam cawan.
Ia telah kuculik, kusembelih, dan kupotong menjadi sepersekian bagian.
Tubuh bakanya terkoyak dan darahnya bercucuran.
Kutaburi mayatnya dengan debu, lalu kuletakkan di kuali dalam perapian.
Tuhan mendidih.
Tuhan kusaring.
Tuhan kutuang.
Tuhan kusajikan.
Tuhan sekarang ada (dalam cawan panas sebagai isian).
Tuhan pasti ada (sebagai minuman pahit dan memabukkan).
Tuhan sudah ada (di dalam mulut dan perutku).
Tuhan mutlak ada (dan Ia-aku satu)
14 September 2018
Untuk para pembunuh Tuhan dan kemanusiaan.
Comments
Post a Comment